Perang Antara Bajak Laut Solokh Vs Sesayap di Sungai Sebawang.
Di Sesayap,Sebuah Kampung,Yang bertempat di sisi lain tepi Sebauwang(Sebawang) 1/2 Mil di atas mulut Sesayap Sungai tak berpenghuni berikut ini :Kampung itu masih berdiri selama 30 atau 40 Tahun di mulut Mejelutung 1, 1/2 Mil dari lokasi saat ini dan di tepi kiri Sebauwang.
Saat itu tempat ini diserang oleh beberapa orang Bajak Laut Solokh dan Illanon yang hebat.Namun,orang-orang Sesayap membela diri begitu lama dan berani,sampai bantuan datang dari Boeloengan,dan solokh dengan kerugian besar harus mundur.Sejak itu,Tidak ada lagi perampok Solokh yang memasuki Sungai Sebauwang(Sebawang) dan hanya sampai di sana pendagang mengekspor lilin,Sarang Burung dan Padi, dan menerapkan Garam,Tembakau,Biji Rami,Ikan Asin dan Minyak.
Maka pada 19 April 1849 ,ada tiga Perahu bintak Solokh,di muara kayan salimbatu namun,pedangangan langsung antara Solokh dan Tidoeng dilarang dan semuanya tentang Boeloengan.Hanya setiap dua atau tiga Tahun sekali Perahu datang dari bentang Alam Atas yang menghadap ke Utara di Sebauwang(Sebawang) berdagang.Mereka membawa Ikan Kering,Pemukul,Biji Rami dan Garam,dan menukarnya dengan Padi.Atas juga memasok Sarang Burung,yang dikumpulkan oleh Solokh.
Seorang saksi Mata menyakinkan bahwa di bentang Alam Tjina Batangan,di sekitar Utara,Gajah dan Harimau ditemukan,dan banyak Gading diekspor dari Daerah itu. Di sebelah Selatan Lanskap tersebut tidak ada Gajah atau Harimau yang ditemukan.Keadaan fisik eksentrik ini belum kembali di Pantai Timur Kalimantan.Orang Oetan ditemukan di Koetei ,di tepi kiri Mahakam dan di sekitar Utara ; Selatan aliran itu dan dari tepi kanan,tidak ada lagi.
Sumber: Jurnal Hindia Belandan Dengan Judul Catatan Tentang Pantai Timur Utara Borneo penulis H.Von Dewall.Tahun Terbit Jurnal Hindia Belanda 1855
Comments
Post a Comment