Sambungan Sejarah Malinau

Tidoengsech Landen Pemerintahan Pagun Sebamben Sekarang ( Malinau Kota )

Sebagai Penggantiannya,maka diangkatlah keponakannya yang bernama Bilung  Dengan Gelar Panembahan Adji Kuning pada Tahun 1892 .Tidak berapa lama Beliau menjabat sebagai Panembahan, Kampung Kuala Kabiran dipindahkan ke Sebamben Desa Malinau Kota Sekarang.

1.Pagun Sebamben :

Pada mulanya, Desa Malinau kota di nama Pagun Sebamben,yang waktu itu dijadikan tempat berladang yang dibuka oleh Panembaham Adji Kuning pada Tahun 1903.Oleh karena tempat tersebut dinilai baik untuk dijadikan kampung maka secara berangsur -angsur penduduk Kampung Kuala Kabiran Pindah ke Sebamben.


2.Malinau Kota

Pada Tahun 1901 ,Karena penduduk sudah pindah semua ke Sebamben, maka perumahan mulai diatur yang terdiri Rumah di huni oleh 7 sampai 10 Kepala keluarga.Pada Tahun 1911 Jalanan mulai dibuat serta diparet kiri kanan,dan supaya tidak runtuh, dibuatlah siring dari papan ulin sepanjang Kampung Sebamben (Malinau Kota).

Karena dilihat,perkampungan ini kk teratur dan rapi,maka di katakan Seperti kota .Setelah itu untuk mengingat Kembali Kampung lama (Kuala Malinau) ,sehingga Kampung Sebamben dinamakan Malinau Kota  yang artinya  pada waktu itu Malinau seperti Kota,sebabnya jalanan dan perumahan sudah teratur dengan baik.


Pimpinannya pada waktu itu Panembahan Adji Kuning yang kedudukannya bukan sebagai Radja tetapi sebagai Kepala Adat atau kepala Kampung yang waktu itu dikenal dengan sebutan Pembakal. Dan mulai pada waktu itu juga penduduk Malinau di pungut Pajak (Blasting)  yang disebut Uang Kepala.


Untuk mengingat atau mekenang Panembahan Radja Pandita  yang diasingkan Belanda itu maka Jalanan yang di buat Panembahan Adji Kuning di Namakan Jalan Panembahan .Pada Tahun 1922 .Malinau Kota (Pagun Sebamben) Mulai diduduki Tentara Belanda (KNIL) di bawah Pimpinan Seorang Kapten yang pada waktu itu di sebut Kapten SitsenJadi untuk ketahui, Bahwa Malinau Kota mulai waktu itu resmi di jajah oleh Belandan pada Tahun 1922.

3.Malinau Seberang :

Pada Tahun 1926 Penduduk Kampung Sebamben (Malinau Kota)  Sebagaian menyeberang dan membuka Hutan Baru untuk dijadikan  Perladangan dan Kebun yang akhirnya dijadikan perkampungan yang baru dan di berinama Malinau Sembial (Malinau Seberang)  juga  dikenal dengan sebutan Long Sembuak. Kenapa di namakan  Malinau Seberang, ini karena letaknya diseberang Malinau Kota. Kepala Adat ( Pembakal) waktu itu Masih tetap Penembahan Adji Kuning.

Pada tahun 1932 Abdul Samad Gelar Pangeran Muda mudik dari Kampung Duri ( di Sebalah hulu sesikit)  Desa sesayap bersama dengan Ujang Kamar untuk menyusul Saudaranya Adji Kaharudin.Karena beliau melihat Malinau seberang baik untuk tempat tinggal, maka beliau minta Ijin  dengan Kapten Sisteen untuk ikut berkampung di Malinau Seberang.Tapi oleh Kapten Sitsen  supaya sebaiknya beliau menemui Panembahan Adji Kuning.Atas  saran dari Kapten Sitsen tadi,maka beliau (Pangiran Muda) menemui Panembahan Adji Kuning untuk menyampaikan maksudnya.


Karena Panembahan Adji Kuning menganggap bahwa Pangeran Muda ada hubungan kekeluargaan, maka beliau tidak berkeberatan dan menerima Pangeran Muda sekeluarga  untuk Ikut Berkampung dan bertempat tinggal di Malinau seberang,yang secara berangsur-angsur di ikuti oleh keluarga  lainnya dari Sesayap.


Pada Tahun 1936 Panembahan Adji Kuning meninggal Dunia  dan dikebumikan di Telancat  yaitu sebuah Bukit kecil dalam Sungai Sembuak diseberang Kiri mudik Sungai Sembuak yang sampai sekarang masih di gunakan menjadi lokasi Kuburan Muslimin.

Setalah Panembahan Adji Kuning meninggal Dunia,maka untuk meneruskan Kepemimpinan sebagai Kepala Adat ditunjuk anaknya yang bernama Sulaiman dengan Gelar Panembahan Sulaiman,beliau ini hanya mengurus urusan Warisan Goha Sarang Burung serta perwatasan peningalan Leluhur mereka sekaligus sebagai sesepuh Suku Tidung Malinau.

Kemudian dilanjutkan anaknya yang bernama Adji Muhammad Sulaiman sebagai Kepala Waris yang didampingi Adji Saharman selaku Kepala Adat Suku Tidung Malinau yang dibantu oleh Adji Abdul Muthalib.Sedangkan urusan Pemerintahan sebagai pengganti  Panembahan Adji Kuning ialah Adji Maki (Akiu) Anak Aji Taruna (Cucu Panembahan Radja Pandita). Pada waktu itu yang menjabat Kiyai (Camat Sekarang)Ialah Datu.Bestari pada Tahun 1936 dan berkedudukan di Duri.Pada  waktu inilah sebutan Sungai Tidung diganti dengan Nama Sungai Sesayap.

Pada Tahun 1912 dibangunlah Masjid dipinggir Sungai dekat pasar sekarang.Kemudian Tahun 1917  Masjid yang dipinggir Sungai tadi dipindahkan kedarat yang memakai perwatasan beliau sendiri (Panembahan Adji Kuning) yang sampai saat ini dinamakan Masjid  An-Nur Malinau Kota.Masjid An-Nur  ini dulunya beranama Masjid Jami Malinau Setalah mendapatkan perbaikan dan bentuk semula sudah dirubah dan diperbesar,maka nama berubah menjadi Masjid An-Nur yang terletak ditengah-tengah Desa Malinau kota Sekarang.

Pada Tahun 1942 tepatnya petengahan bulan Januari,Tentara Jepang sampai di Malinau,karena  pada Tanggal, 11 Januari 1942 Tentara Jepang pertama kali di Indonesia mendarat di Tarakan.Dengan datangnya Tentara Jepang maka berakhir pulalah penjajahan Belanda didaerah Utara Kalimantan Timur.

Untuk diketahui bahwa Tanah Tidung khususnya  Malinau kota masuk ke zaman kemerdekaan pada Tanggal, 17 Desember 1949  dan Bulungan Tanggal, 29 Desember 1949 , sedangkan di Jakarta diperoklamirkan Kemerdekaan Republik Indonesia Tanggal 17  Agustus 1945. 

Tahun 1949 memrupakan saat yang sangat bersejarah untuk malinau kota,yaitu pertama kalinya Sang Saka Merah putih dinaikkan,sekaligus bendera Sekutu/Belanda  diturunkan. Sebagai pelakunya ialah Adji Kapitan Dkk.

4.Tanjung Belimbing :

Karena  Malinau Kota dianggap kurang aman,terutama sekali sering mendapat serangan antara lain Australia dan Sekutu serta kejamnya pemerintahan Jepang, Masyarakat Banyak yang mengungsi oleh karena itu sebagian mereka ingin menetap di Tanjung Belimbing.Tahun 1949 Pada pertengahan Bulan Januari,atas Musyawarah para tokoh dan pemuka masyarakat,maka dipilih serta diresmikan Tanjung Belimbing dijadikan pekena pulak  dia mau nyakiti kamu Perkampungan baru.Namunpun demikian Tanjung Belimbing tidak terpisah dari Kampung Malinau Kota.Untuk di ketahui bahwa pendiri Tanjung Belimbing pada waktu itu ialah :
1.Panembahan Sulaiman
2.Adji Muhammad Said
3.Muhammad Sawal
4.Adji Kapitan.

5.Desa Tanjung Lapang :

Pada mulanya adalah bekas belukar Panembahan Raja Pandita waktu berkampung di Kuala Kabiran yang secara terus menurus dijadikan tempat berladangan para Pewarisnya dan masuk wilayah hukum kepala Kampung Malinau Kota  sampai Tahun 1956 yang waktu itu kepala kampung/Desa Malinau kota adalah Adji Nata Jaya.Sedangkan Camatnya ialah Oesin Said.

Tahun 1957 datanglah berapa tokoh dari pemuka Masyarakat yang pindah dari Kecamatan Mentarang yang pada waktu itu diwakili  oleh 1.Tuk Using,2.Yukung Siran,3.Rining Langkup,4.Labo Semayung.Menumui keluarga yang mewarisi belukar di Tanjung Lapang dan sekitarnya untuk meminta tempat berkampung.Setalah dimusyawarahkan kepada Pemilih semak belukar yang ada di tanjung lapang, maka permintaan Tuk using dkk disetujui oleh keluarga Penembahan yang waktu itu  diwakili oleh: 1.Penembahan Sulaiman, 2 Adji Muhammad Said, 3.Adji Syarpudin (Buding), 4.Bulu.

Atas terkabulnya permintaan Tuk Using dkk,maka diadakanlah acara pertemuan dan peresmian Tanjung Lapang dijadikan Kampung yang dilaksanakan di rumah Tuk Using.Pada acara ini disaksikan oleh camat Malinau (Oesin Said)  yang sekaligus penentuan batas-batas yang diberikan sebagai berikut :
1.Sebalah hulu Batu Pasek.
2.Sebalah hilir Sungai Lapang.
3.Ke seberang (Barat) Sungai Tidung.

Pemberian batas ini disepakati bersama,dengan catatan pada waktu itu bahwa mereka Tidak menguasai secara keseluruhan belukar-belukar yang ada disekitarnya.Baik kehulu,kehilir ,atas maupun ke seberang.Karena mengingat keluarga Panembahan masih banyak yang memerlukan untuk tempat berladang. untuk diketahui bahwa kepala Kampung Tanjung lapang pada waktu itu ialah Mutang Sia

6.Pelita Kanaan :

Pelita Kanaan pada mulanya bernama Seluing karena disana terdapat sebuah sungai kecil bernama sungai Seluing yang sekarang dikenal dengan nama Sungai Gorong-gorong karena  Tahun 1979 di pasang sebuah gorong-gorong dari besi oleh ihnutani sebagai  jembatan jalan umum yang sekarang di ganti dengan jembatan ulin Tahun 1996.

Karena pertambahan penduduk dan pesatnya pembangunan, maka salah satu perkampungan yang terletak di sungai Kabiran ingin pindah mencari tempat perkampungan yang baik.Oleh karena itu kepala kampung kabiran pada waktu itu Yaci minta  ijin untuk berkampung di Seluing yang disampaikannya kepada Panembahan Sulaiman Dan Adji Muhammad Said serta keluarga lainnya.Tahun 1969 penduduk Kampung Kabiran pindah ke Seluing,Karena permintaan kepala Kampung Kabiran sudah disetujui oleh Panembahan yang waktu itu diwakili oleh 
1.Adji Muhammad Said
2.Adji Muhammad Sulaiman
3.A.Masir
Sedangkan pihak Kampung Kabiran langsung diwakili oleh kepala  Kampung (Yaci Dkk).

Musyawarah ini dihadiri oleh :
1.Muhammad Ibrahim (Wakil Camat Malinau).
2.Paran(Wakili Dan Sektor kepolisian Malinau).
3.Muli Aking (Pegawai Kantor Penghubung Bupati  Bulungan).
Tahun 1979 menyusul Kampung Tanjung Sepatui dan Kaliamek pindah ke Seluing waktu itu Camat Malinau dijabat oleh Niklas Mou BA.Karena tiga kampung ini tergabung menjadi satu tempat maka Seluing di ganti nama dengan pelita kanaan.

Mengenai batas-batas yang diberikan adalah disekitar teluk Seluing mulai Sungai Seluing kehilir dan kedarat dibatasi Gunung Seluing.Sedangkan Gunung Seluing dan sekitarnya masuk Desa Malinau Kota.

Tidoengsche Landen Di Malinau pada Tahun 1919  Beruba menajadi Majelis Kerapatan Tanah-Tanah Tidung Di Malinau  beruba menjadi Kewedanaan Tanah Tidung  Pada Tahun 1949 ,Tahun 1964 Kewedanaan Tanah Tidung menjadi pengubung Bupati Wilayah Tanah Tidung di Malinau,Pada Tahun 1965 berubah lagi menjadi pembatu Bupati Bulungan Wilayah Tanah Tidung di Malinau.Pada Tahun 1999 Malinau di mekarkan menjadi Kabupaten Malinau yang di Jabat Buapati .Drs.H.Asmuni Ali.Pada Zaman berikut Sudah Tidak ada lagi Nama Tanah Tidung di sematkan di Kabupaten Malinau.

Sumber :
1.Sejarah singkat Desa pulau sapi dan desa lainya di kecamatan Malinau dari masa ke masa.
2.Sejarah Tanah Tidung dari masa ke masa.
3.Jurnal Hindia Belanda
4.dll



Comments

Popular Posts