Sambungan Penjajahan Jepang Di Tarakan Dan Bulungan
Di Bulungan termasuk Tarakan tidak ada gerakan anti Jepang seperti terjadi di Berau,namun banyak pejabat,tokoh masyarakat dan penduduk biasa yang dibunuh oleh Serdadu Jepang karena di anggap mata-mata Belanda atau karena fitnah memfitnah sesamanya pada waktu itu seperti Kiayi Putung,Datu Jaring dari Salimbatu,Amir Hamzah pedagang di Tanjung Selor.
Selama pemerintahan tentara Jepang ini, lebih kurang tiga setengah tahun hubungan dengan luar daerah, keadaan perekonomian praktis merosot,barang kebutuhan hidup sehari-hari saja sudah sulit bahkan tidak ada dipasaran,ditambah lagi praktek pemerintahan tentara-tentara Jepang sangat kejam, maklum masih dalam suasana parang jiwa masih panas-panasnya dan nafsu membinasakan,saling membunuh dan bermusuhan tidak terkendali.
Sehingga sebagian besar penduduk di Tanjung Selor dan Tanjung Palas,bahkan Sultan dan para Menteri Kerajaan dan seluruh aparat dan abdu Kerajaan terpaksa mengungsi ke ladang-ladang,disungai Pimping,Sungai Sebenar,Ilur atau Sungai kapal (Sungai menuju Desa Salangketo sekarang) untuk hidup berladang di tempat-tempat itu.
Dengan demikian zaman pemerintahan tentara Jepang pada waktu itu adalah suasana perang,praktis tidak ada lagi ketenteraman dan kesejahteraan kehidupan sehari-hari masyarakat waktu itu,orang orang sudah malas atau tidak berani keluar rumah khawatir sedikit salah tangkap di pukul sampai babak belur oleh serdadu jepang, anak gadus terpaksa dipingit,bahkan dibawah mengungsi keluar kota khawatir diminta menjadi istri jepang atau kalau membangkang dipaksakan,diperkosa,disamping di Tarakan dan Tanjung Selor,juga di Malinau,Mentarang (Long Berang) di Krayan ( Long Bawan) Di tempatkan beberapa regu tentara Jepang.
Pada waktu itu ada juga beberapa tenaga romusha yang dibawa jepang dari jawa untuk mengerjakan kebun.Tentara jepang sempat membuka kebun yang dikelola sejenis organisasi bentukan Jepang yang disebut NISAN berlokasi di Antutan,Mara dan di Malinau.
Tentara-tentara jepang juga sempat mendidik pemuda-pemuda sebagai Heiho,diantaranya Alm.H.Datu muhammad Langkat .Setiap pagi pegawai-pegawai di kantor-kantor dan para pelajar diwajibkan senam pagi,Taiso.
Setalah tentara sekutu berhasil mendarat di Tarakan pada awal bulan Agustus 1945 dan mengalahkan Jepang yang melarikan diri ke Long Nawang dan ulu Mahakam ,maka tentara-tentara jepang yang ada Malinau,Long Berang dan Long Bawan juga melarikan diri ke Krayan ( Long Bawan).Namun setalah mereka tiba ditempat-tempat tersebut di Long Nawang dan di Long Bawan mereka di hadang oleh Rakyat dan di Long bswan mereka berhadapan dengan Mayor Horison dan anak buahnya dari tentara sekutu yang masuk di Krayan lewat daerah Serawak dengan Pesawat Udara.
Dalam menghadapi tentara Jepang diwilayah pedalaman ini,terasa besar sekali jasa-jasa tokoh-tokoh masyarakat,kepala -kepala adat dan pemuda-pemuda disana dengan senjata tradisional saja mereka mampu mengamankan keadaan.Setelah berkuasa selama ± 3,5 tahun,pada bulan agustus 1945 itu semua tentara Jepang angkat kaki dari kabupaten Bulungan dan berakhirlah kekuasaan Pemerintahan tentara Jepang di Kerajaan Bulungan pada waktu itu.
Sumber : Pemerintahan Kabupaten Bulungan
Comments
Post a Comment